PELUMAS DAN PELUMASAN

TUGAS TEKNIK PERAWATAN MESIN
PELUMAS DAN TEKNIK PELUMASAN




Disusun Oleh :
Nama      : Iqbal Bayu Kurniawan
NPM      : 22417948
Kelas      : 3IC05




JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2020

PELUMAS DAN TEKNIK PELUMASAN

1.1              Penjelasan Pelumasan
Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Tidak diketahui dengan pasti kapan pelumas mulai digunakan, namun bermacam bentuk bearing telah ditemukan di Timur Tengah beberapa ribu tahun sebelum masehi. Konsep pelumas sudah mulai sejak itu walaupun hanya menggunakan air. Pelumas modern pada saat ini sudah sangat khusus dan kompleks. Minyak dasar dari minyak bumi secara konvensional sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern, khususnya untuk pemakaian pada temperature tinggi, serta penambahan bahan sintetis atau bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses sekarang ini sudah cukup banyak digunakan pada kendaraan penumpang. Di waktu yang akan datang, kebanyakan minyak dasar harus digunakan hampir secara keseluruhan dengan minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari minyak bumi dengan cara pemrosesan baru.

Gambar 1.1 Ilustrasi Pelumasan

            Oli atau Minyak pelumas mesin adalah zat kimia yang berupa cairan yang diberikan antara dua benda yang bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas atau Oli berfungsi sebagai pelapis pelindung yang mencegah terjadinya benturan antara logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin. Dan juga mencegah goresan dan keasusan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Oli mesin menjadi satu bagian yang sangat penting untuk mendukung kerja mesin. Seiring dengan pemakaian, terjadi penurunan kualitas dan fungsinya, sehingga harus dilakukan penggantian secara periodik. Salah memakai oli, mobil akan terasa tidak bertenaga dan dalam jangka panjang bisa merusak mesin. Bila diperhatikan, setiap oli mesin mempunyai beragam kode di kemasannya dan ini sebagai petunjuk digunakan untuk mobil teknologi mesin yang berbeda-beda. Hati-hati dalam memilih tingkat viskositas oli atau biasa disebut kekentalan oli. Jika membeli oli yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin, oli justru akan merusak mesin.

1.2              Klasifikasi Pelumasan
Berdasarkan jenis aplikasi pemakaian bearing yang ada, pelumasan dapat dibagi menjadi :
1.      Intermittent Lubrication.
Bearing untuk aplikasi beban ringan dan rpm lambat dapat dilumasi secara manual. Oil bisanya di masukkan ke dalam lubang pelumasan pada bearing. Oil yang digunakan biasanya adalah grease menggunakan pressure gun.
2.      Limited Continous Lubrication.
Metode ini lebih baik daripada pelumasan dengan manual. Pelumasan ini berisi sumbu pelumas atau jarum pelumas. Sumbu membawa oil secara kapilar. Jika journal bearing berputar, jarum di kocok dan oli mengalir lewat dari reservoir melalui gap antara jarum dan lubang di plug bearing.
3.      Continous Lubricating.
Oil di suplai secara terus menerus dan ini sangat penting untuk pelumasan hidrodinamik. Ada beberapa jenis continuous lubricating, yang pertama adalah ring oil system yaitu membuat pelumasan disekeliling bearing journal. Oil di semprot dari bearing bagian bawah dan ketika journal bearing berputar maka oil akan terangkat ke atas sehingga melumasi semua bagian journal. Yang kedua adalah splash lubrication, dimana part yang berputar direndam bersama oli dan biasanya digunakan untuk pelumasan mesin, gear-box, compressor. Contohnya pelumasan antara dinding cylinder dan piston ring, pelumsanannya menggunakan metode ini. Yang ketiga adalah in-pressure lubrication system yaitu pelumasan dengan menyemprotkan oil dengan pompa ke titi- titik pelumsan, setelah oil disemprotkan ke bagian bagian part, oli jatuh dan ditampung dan kembali masuk ke pompa dan mengalami siklus yang sama. 
            Bentuk pelumasan yang dapat dikenal secara jelas, yaitu :
1.      Pelumasan Hidrodinamika (hydrodinamic lubrication)
Pelumasan hidrodinamika (hydrodinamic lubrication) berarti bahwa permukaan penerima beban dari bearing dipisahkan oleh lapisan pelumas yang agak tebal, sedemikian rupa untuk menjaga persinggungan logam dengan logam, dan bahwa stabilitas yang dicapai dapat dijelaskan dengan hukum-hukum mekanika fluida. 
2.      Pelumasan Hidrostatika (hydrostatic lubrication)
Pelumasan hidrostatika (hydrostatic lubrication) didapat dengan memasukkan pelumas, yang kadang-kadang berupa udara atau air, kedalam bidang bearing beban pada suatu tekanan yang cukup untuk memisahkan permukaan-permukaan dengan suatu lapisan pelumas-tipis yang agak tebal. Sehingga, tidak seperti pelumasan hidrodinamika, gerakan dari permukaan relatif terhadap yang lain tidak diperlukan. Pelumasan hidrostatika perlu diperhatikan dalam merancang bearing dimana kecepatan putar kecil atau nol dan dimana tahanan gesekan sekecil mungkin.
3.      Pelumasan Elastohidrodinamika (elastohydrodynamic lubrication)
Pelumasan elastohidrodinamika (elastohydrodynamic lubrication) adalah gejala yang terjadi bila suatu pelumas dimasukkan diantara permukaan-permukaan yang berkontak secara menggelinding, seperti pasangan roda gigi atau bearing rol. 
4.      Batas (boundary)
5.      Lapisan Padat Tipis (solid film)

1.3       Jenis-Jenis Pelumasan
Urusan perawatan mobil memang bisa dibilang susah-susah gampang. Susah karena banyak komponen yang harus diperhatikan, namun akan gampang jika sudah mengerti poin utamanya. Salah satu hal yang wajib dan krusial dalam perawatan kendaraan adalah pelumas mobil. Ternyata, pelumas mobil tidak serta merta memiliki satu jenis yang bisa digunakan untuk semua. Pada kenyataannya, ada empat jenis pelumas mobil yaitu pelumas mesin, pelumas transmisi, pelumas rem, dan pelumas power steering. Keempatnya mempunyai peran yang berbeda-beda, lho. Simak lengkapnya berikut.
1.      Pelumas Mesin
Pelumas mesin mempunyai tiga jenis pelumas berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pelumas mineral, pelumas sintetik, dan pelumas semi sintetik. Pelumas mineral terbuat dari bahan minyak bumi (based oil), sedangkan pelumas sintetik terdiri dari Polyalphapelumasfins yang datang dari bagian terbersih pemilahan pelumas mineral, yakni gas. Sementara pelumas semi sintetik merupakan campuran dari keduanya. Jika ditanya, manakah dari ketiganya yang terbaik maka jawabannya adalah pelumas sintetik. Hal ini karena pemakaiannya yang efisien dan ketahanan temperatur yang baik sehingga mesin mendapatkan perlindungan lebih baik, lebih bersih, dan mudah dinyalakan pada suhu rendah (seperti temperatur ekstrem pada suhu -30° sampai -40°C). Untuk urusan mengganti pelumas, jangan berpatokan pada berapa periode sekali harus diganti. Perhatikan jarak tempuh yang dipakai dari pada odometer. Untuk normalnya, penggantian pelumas disarankan pada jarak 5,000km – 7,000km untuk menjaga kondisi mesin tetap prima. Namun jika medan yang dilalui ringan dan datar, pelumas mesin sintetik kamu juga bisa bertahan sampai 10,000km.

Gambar 1.2 Pelumas Mesin

2.      Pelumas Transimi
Pada dasarnya, pelumas transmisi terbagi menjadi dua yaitu pelumas manual dan matik. Beda penggunaannya juga terletak pada tipe mobil dari si empunya, yaitu mobil manual atau matik. Biasanya, pelumas transmisi pada mobil manual mempunyai jalur hidup yang lebih pendek dibandingkan dari pelumas matik. Jika pelumas matik bisa awet hingga 20,000km, pelumas transmisi pada manual harus segera dicek ketika mendekati 8,000km – 10,000km. Sekali lagi, perhatikan odometer mobilmu ya setiap kali berganti pelumas.

Gambar 1.3 Pelumas Transmisi

3.      Pelumas Rem
Karena fungsinya yang berkaitan langsung dengan keselamatan saat berkendara, maka pelumas rem atau minyak rem patut dipantau dengan benar soal periode penggantiannya. Yang kamu harus perhatikan saat memilih pelumas rem yang tepat adalah, jangan sampai memilih pelumas yang mudah berubah dalam suhu tinggi maupun rendah serta mampu melindungi rem mobil dari bahaya berkarat. Umumnya, pelumas rem mempuyai beberapa jenis grade yang berbeda dan dinyatakan dengan satuan DOT (Department of Transportation). DOT ini merujuk pada nilai titik didih dari pelumas rem untuk dapat meredam panas saat proses pengereman. Semakin rendah angka DOT maka kemampuan meredam panasnya juga kecil. Di pasaran, kamu nantinya akan menemui level DOT 3, DOT 4, dan DOT 5. Jika penggunaan mobilmu hanya untuk kegunaan harian, maka DOT 3 sudah lebih dari cukup untuk 2-3 tahun penggunaan.

Gambar 1.4 Pelumas Rem
4.      Pelumas Power Steering
Power steering adalah rangkaian sistem kemudi kendaraan yang dilengkapi dengan sistem hydraulic untuk meringankan beban di stir mobil. Sedangkan dalam sistemnya sendiri, power steering terdiri dari beberapa bagian seperti rack dan pinion, serta komponen lainnya. Manfaat pemberian pelumas power steering tentu saja untuk melumasi semua bagian tersebut sehingga kamu dapat nyaman berkendara dan tidak perlu menambah masa otot di bisep atas dan bawah secara berlebihan. Masa penggantian pelumas power steering juga hampir sama dengan penggantian minyak rem, yakni biasa dilakukan setiap 25,000km atau sekitar dua tahun sekali. Urusan kualitas, pilihlah pelumas power steering yang tidak mudah panas. Biasanya, pelumas power steering yang beredar di pasaran berkisar mulai harga puluh ribuan rupiah.

Gambar 1.5 Pelumas Power Steering

1.4       Fungsi Pelumasan
            Fungsi-fungsi dasar pelumas tentu saja akan mengurangi gesekan dan mencegah keausan. Dalam realitanya, pelumas harus juga dapat memenuhi faktor lainnya yang juga vital dalam pengoperasian peralatan. Mercedes-Benz sebagai manufaktur otomobil dan engine telah membuat list, lebih dari 40 sifat-sifat yang diperlukan agar dapat memenuhi persyaratan sebagai oil mesin. Minyak pelumas yang khusus seperti minyak hidrolik dan minyak transmisi juga mempunyai persyaratan lainnya yang harus dipertimbangkan, sedangkan produk padatan atau semi-padatan seperti gemuk/grace juga mempunyai persyaratan khusus dan diukur dengan cara yang lain pula. Sifat-sifat pelumas yang diharapkan yaitu dapat menimbulkan aspek positif (seperti mencegah keausan dll.) sedangkan sifat yang tidak diharapkan yaitu menimbulkan aspek negatif (seperti minyak menyebabkan bagian-bagian mesin terkorosi dll.). Sifat-sifat positif pelumas secara praktis untuk pelumasan kendaraan adalah sebagai berikut :
1.      Mengurangi Gesekan
Dengan mengurangi gesekan berarti akan mengurangi juga energy dan juga mengurangi pemanasan lokal.
2.      Mengurangi keausan
Adalah suatu kebutuhan menjaga peralatan agar tetap bisa beroperasi untuk periode yang lama dan bekerja secara efisien.
3.      Pendingin
Di dalam mesin, pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar panas antara bagian-bagian yang terpanasi akibat pembakaran (misal: piston) dan sistem pelepas panas (misal: jaket pendingin dll.). Pada sistem yang lain, pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan atau kerja mekanik lainnya.
4.      Anti Korosi
Fungsi lain dari oli mesin yaitu mencegah terjadinya karat pada permukaan logam. Oli mesin akan menutup permukaan metal, sehingga metal tersebut terbebas dari oksidasi yang menyebabkan timbulnya karat. Hal ini dapat dibuktikan pada mesin yang terbuat dari metal/ logam, ketika terisi dengan oli, akan terbebas dari karat. Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut.
5.      Pembersih
Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat, hal ini bisa terjadi jika minyak pelumas tidak mampu mencegah hal ini. Pencegahan deposit dan juga dispersi kontaminan termasuk dalam kategori ini. Ketika oli bersirkulasi di area mesin, oli yang sudah tersaring di filter oli melewati bagian-bagian mesin seperti dinding silinder, metal dan sebagainya.
Ketika daerah tersebut terdapat kotoran, seperti sisa karbon pembakaran, maupun partikel logam akibat gesekan, maka oli bersih tersebut akan mendorong/membawa kotoran tersebut.Akibatnya bagian yang terdapat partikel logam dan bagian sisa karbon akan bersih kembali. Untuk itulah, oli mesin perlu diganti secara berkala, karena kualitas oli akan menurun setelah tercampur dengan endapan karbon dan partikel logam.

Gambar 1.6 Pelumas sebagai Pembersih
6.      Seal
Minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal antara piston dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder).
7.      Perapatan
Saat oli mesin bersirkulasi di dalam mesin, oli akan membentuk lapisan tipis. Lapisan ini akan merapatkan celah antara dua benda yang bergerak. Sebagai contoh, di dalam mesin terdapat silinder dan ring piston sebagai bagian penghasil tenaga di mesin. Oli pada bagian ini akan merapatkan celah keduanya, sehingga kompresi maupun tenaga pembakaran tidak bocor. Hasilnya, tenaga yang dihasilkan akan maksimal. Jika ring piston atau terdapat celah karena retakan kecil di bagian silinder, otomatis kamu akan mencium bau terbakar yang menyengat.
8.      Penyerap Panas
Ketika mesin dihidupkan, terjadi proses pembakaran yang menghasilkan panas untuk diubah menjadi tenaga. Pada saat yang bersamaan, oli bersirkulasi pada bagian dalam mesin. Ketika oli mesin melewati bagian mesin dengan temperatur tinggi seperti piston, metal dan dinding silinder, maka panas komponen tersebut akan diserap. Hal ini dapat menjaga temperatur mesin dan mencegah keausan yang berlebihan pada bagian mesin.


1.5       Batasan pada Pelumas
            Untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut berdasarkan tinjauan ekonomi, pelumas haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan alat dimana pelumas itu digunakan. Perlu ada kesesuaian antara persyaratan-persyaratan yang saling bertentangan, beberapa batasan negatif terangkum sebagai berikut dibawah ini, pelumas tidak boleh :
1.      Mempunyai Viskositas yang Terlalu Rendah
Hal ini akan memungkinkan kontak antara logam dengan logam menyebabkan terjadinya keausan serta dapat meningkatkan lepasnya/hilangnya pelumas. Mempunyai viskositas yang terlalu tinggi. Hal ini akan meningkatkan tenaga dan, dalam kasus mesin dapat menyulitkan pada saat start.Hal ini berarti bahwa lapisan film pelumas tidak terlalu tipis pada saat temperatur tinggi (atau tidak terlalu tebal pada saat temperatur rendah).
2.      Terlalu Mudah Menguap
Tingkat penguapan tinggi (high volatility) akan menyebabkan tingkat konsumsi pelumas naik akibat teruapkannya kandungan ringan dari pelumas tersebut.
3.      Berbusa Saat Digunakan
Jika berbusa, minyak akan kehilangan sifat pelumasannya, dan/atau berkurangnya minyak itu sendiri dari mesin. Menjadi tidak stabil karena terhadap oksidasi ataupun reaksi kimia. Pelumas mesin ditujukan untuk temperatur tinggi dan juga mencegah kontaminasi asam atau zat kimia lainnya. Minyak pelumas haruslah tahan terhadap hal ini agar pelumas tersebut tetap awet.
4.      Merusak Komponen Sistem Emisi, Coating ataupun Seal
Untuk kerja konverter katalis dapat terdegradasi oleh pelumas yang tidak stabil atau menggunakan additive yang tidak sesuai. Beberapa peralatan menggunakan cat atau coating dan kebanyakan mempunyai sifat sebagai seal. Bahan-bahan ini dapat terdegradasi secara serius oleh pelumas. Menghasilkan deposit dari residu. Jika minyak pelumas mengalami dekomposisi karena adanya logam yang padas (misalnya; ring dalam suatu zona).
Kondisi seperti ini dapat menghasilkan produk-produk oksidasi yang berpolimerisasi membentuk lapisan kuning atau cokelat yang diketahui sebagai "varnish" atau "lacquer". Dalam jangka waktu yang lama akan bertambah terus dan kemudian terjadi karbonisasi sehingga menjadi carbon padat. Deposit ini akan menggangu gerak pada bagian yang seharusnya bisa secara bebas gerakannnya (misal, ring piston). Selain tidak memproduksi deposit pada bagian yang bergerak pada mesin, pelumas juga sebaiknya tidak menghasilkan deposit di ruang pembakaran. Ini mendorong terjadinya penyulutan awal (pre-ignition),beracun atau bau tak sedap. Hal ini diperlukan untuk kenyamanan dan kesehatan pengguna.
            Sangat Mahal, hal ini sering menjadi kendala, bukan karena pelumas yang mahal tidak berguna dilihat dari sisi ekonomi pengoperasian mesin, tetapi karena kompetisi antar penyalur, sehingga beban harga tetap akan terkena ke pengguna.

1.6       Kekentalan pada Pelumas / Oli
            Oli mesin dari berbagai merek dijual dengan berbagai macam tingkat kadar kekentalan atau SAE. Namun bukan berarti pemilik mobil bebas memilih oli sesuai keinginannya. Karena penggunaan jenis oli juga harus menyesuaikan dengan spesifikasi kendaraan. Mobil yang menggunakan mesin tekonologi lama sebaiknya tidak menggunakan oli yang encer dengan tingkat kekentalan SAE 5W-40 atau SAE 0W-20. Sebab bisa berakibat menguapnya oli.
            Kental atau encernya oli bisa dilihat dari kode SAE. Semakin besar angka yang tertera, maka semakin kental pula tingkat kadar kekentalan oli tersebut. Contohnya untuk mobil tahun 2000 ke bawah sebaiknya menggunakan SAE 10W-40 atau SAE 20W-50 yang kekentalannya lebih kental dibanding oli dengan SAE angka kecil. Untuk Anda yang oli mobilnya sudah terlanjur salah menggunakan jenis oli hingga terjadi penguapan, lebih baik untuk segera menggantinya dengan jenis oli yang sesuai. Tujuannya agar volume oli di ruang mesin kembali ke jumlah normal. Untuk menambahkan oli sebaiknya dilakukan dalam kondisi mesin kendaraan sedang dingin.
            Beberapa kode SAE yang sering digunakan oleh oli pelumas yakni:
1.      SAE 20W-50
SAE 20W-50 yang berarti oli mampu mengubah kekentalannya sesuai temperatur, yakni 20W (winter) pada suhu dingin, dan pada temperatur tinggi kekentalannya akan berubah menjadi SAE 50. Oli jenis ini masih dapat mengalir (tidak membeku) walaupun temperatur drop hingga -20º C, dan saat suhu naik mencapai 100º C oli jenis ini masih mampu mempertahankan kekentalannya.

Gambar 1.7 Oli Pelumas SAE 20W-50

2.      SAE 15W-40
SAE 15W40 yang artinya oli akan bersifat seperti SAE 15W di suhu rendah dan menjadi SAE 40 di suhu tinggi. Karakteristik oli ini adalah dapat tetap mengalir di suhu minus 25º C, dan bertahan di level kekentalan 12,5 cSt-16,3 cSt pada suhu 100º C.

Gambar 1.8 Oli Pelumas SAE 15W-40

3.      SAE 10W30
SAE 10W30 adalah oli dengan kode ini memiliki arti oli masih dapat digunakan pada suhu dingin mencapai (minus) -20 hingga -25 C dengan kekentalan SAE 10 dan pada suhu tinggi hingga 150 C dengan tingkat kekentalan SAE 40. Jenis oli memiliki kelebihan dalam hal irit bahan bakar, namun kurang dalam memberikan perlindungan terhadap mesin dengan kondisi jalan yang sering dan dengan beban yang berat.

Gambar 1.9 Oli Pelumas SAE 10W-30

4.      SAE 10W40
SAE 10W40 adalah oli dengan kode ini memiliki arti oli masih dapat digunakan pada suhu dingin mencapai (minus) -20 hingga -25 C dengan kekentalan SAE 10 dan pada suhu tinggi hingga 150 C dengan tingkat kekentalan SAE 40. Jenis oli memiliki kemiripan dengan tipe 10W30.
5.      SAE 15W50
SAE 15W50, Oli dengan kode ini memiliki arti oli masih dapat digunakan pada suhu dingin mencapai (minus) -15 hingga -20 C dengan kekentalan SAE 15 dan pada suhu tinggi hingga 150 C dengan tingkat kekentalan SAE 50.

1.7       Organisasi Standar untuk Pelumas
            Berikut merupakan standarisasi jenis pelumas / oli, antara lain :
1.      SAE (Society of Automotive Engineers)
SAE ini adalah range tingkat kekentalan suatu pelumas seperti contoh: AE 10w-40 ini menandakan produk ini range kinerja kekentalan pada keadaan dingin sampai panas adalah 10 sampai 40. Ada juga yang hanya menunjukan satu range/grade saja contoh SAE 20. kalo yang menggunakan range 2bh seperti SAE 20w-50 disebut oli multigrade.
2.      API (American Petroleum Institute)
API (American Petroleum Institute) adalah suatu grade yang didapat dari lembaga independent yang menetukan sejauh mana kualitas produk pelumas tersebut tentunya dengan seleksi yang ketat. Contoh : API SL. ini menunjukan produk tersebut ditujukan untuk mesin berbahan bakar bensin karena huruf S pada SL , singkatan dari spark (Busi) sedangkan untuk mesin diesel ditunjukan dengan huruf C (compression) seperti API CG dll.
3.      ISO (International Standards Organization)
ISO (International Standards Organization) adalah standar dari eropa yang mengatur standar untuk banyak hal, untuk standarisasi pelumas / oli sendiri ada 3 spesifikasi :
a.       ISO-L-EGB, memiliki persyaratan yang sama dg JASO FB
b.      ISO-L-EGC, memiliki persyaratan yang sama dg JASO FC, di atas ISO-L-EGB
c.       ISO-L-EGD, memiliki persyaratan yang sama dg JASO FD, di atas ISO-L-EGC

4.      JASO (Japanese Automobile Standards Organization)
JASO (Japanese Automobile Standards Organization) adalah standarisasi dari Jepang. JASO mengatur standar oli untuk mesin bensin 4 langkah, mesin diesel dan mesin bensin 2 langkah.
a.       Mesin bensin 4 langkah
Ada 2 spesifikasi, yaitu MA dan MB dimana kualifikasi MB di atas MA.
b.      Mesin bensin 2 langkah (oli samping)
Ada 4 spesifikasi :
-       JASO FA, sudah tidak digunakan
-       JASO FB, spesifikasi di atas FA
-       JASO FC, spesifikasi di atas FB
-       JASO FD, spesifikasi di atas FC

1.8       Jenis Sistem Pelumas Engine
            Secara umum ada tiga jenis sistem pelumas engine, yakni :
1.      Sistem Percik
Pada sistem percik, konstruksinya cukup sederhana. Karena oli mesin disalurkan ke seluruh komponen mesin melalui gerakan poros engkol. Tentu ada sebuah komponen seperti sendok yang akan memercikan oli keseluruh bagian mesin. Hanya saja, sistem ini kurang efektif melumasi seluruh komponen yang memiliki lokasi agak jauh dari ruang engkol. Sehingga sistem percik hanya dipakai pada mesin tipe kecil seperti mesin sepeda motor, mesin pompa air atau pemotong rumput.
2.      Sistem Pompa
Sistem kedua memanfaatkan penekanan oli melalui pompa. Sistem kedua terbukti lebih bisa menyalurkan oli keseluruh komponen mesin karena memiliki saluran yang terintegrasi dengan pompa ke bagian-bagian mesin. Beberapa motor pruduksi terbaru sudah menggunakan sistem pompa ini karena dinilai lebih efektif dalam hal pelumasan.
3.      Sistem Kombinasi
Sistem kombinasi memiliki dua unit seperti yang dijelaskan diatas, dibagian ruang engkol terdapat sendok yang akan memercikan oli mesim dan hal itu masih ditambah dengan keberadaan pompa oli untuk menyalurkan pelumas ke bagian bagian terjauh dari ruang engkol.

1.9       Komponen Sistem Pelumas Mesin
            Selain oli terdapat beberapa komponen yang berpengaruh pada sistem pelumasan mesin antara lain :
1.      Oil Pan / Carter
Oil pan atau biasa juga disebut carter adalah komponen berbentuk bak yang diletakan dibagian bawah mesin tepat pada ruang engkol. Fungsi oil pan adalah untuk menyimpan oli mesin.
2.      Pompa Oli
Oil pump merupakan sebuah pompa hidrolis yang digunakan untuk memompa oli mesin untuk dinaikan ke seluruh komponen mesin. Pompa ini, bekerja secara rotary yang inputnya berasal dari poros engkol mesin. Sehingga ketika mesin bekerja, oli secara otomatis terpompa. Pompa oli memiliki dua saluran, yakni saluran inlet yang langsung mengarah ke bak oli dan saluran outlet yang langsung tersambung dengan oil feed.
3.      Filter Oil
Kerak yang disebabkan sisa pembakaran yang masuk ke ruang engkol dibersihkan oleh oli dan kerak tersebut terkandung pada aliran oli mesin. Sehingga perlu diberikan saringan agar kerak dan kotoran didalam aliran oli tidak memasuki oil feed yang memiliki diameter saluran kecil. Kotoran dan kerak yang tersaring akan mengumpul lada element filter sehingga perlu dilakukan penggantian oil filter secara rutin. Umumnya penggantian oil filter mengikuti interval penggantian oli mesin.

Gambar 1.10 Filter Oli

4.      Oli Pressure Sensor
Sensor yang terletak pada saluran oli setelah pompa ini bertujuan untuk mendeteksi tekanan oli mesin yang keluar dari pompa. Sensor ini bisa menandakan dua hal, yakni kesehatan pompa dan volume oli mesin. Jika indikator oli pada dashboard menyala maka sensor oli mendeteksi adanya lebihan atau kekurangan tekanan pada sistem pelumas. Ini bisa menandakan bahwa volume oli mesin berlebihan atau bahakan kurang dari standar pemakaian. Untuk itu, jika indikator ini menyala kita perlu melakukan pengecekan oli mesin melalui stik oli yang tersedia disekitar mesin. Jika volume oli normal maka masalah diatas timbul pada pompa oli.
5.      Oil Feed
Fungsi oil feed sebenarnya hanya sebagai jalur oli. Jalur ini secara default sudah terbentuk saat pembuatan blok mesin bersama water jacket. Hal ini karena letak oil feed ini berada didalam blok silinder. Selain inner oil jet, biasanya juga ada outer oil jet. Outer oil jet ini terbentuk seperti pipa biasa yang umumnya berbahan logam. Fungsi saluran ini yakni menghubungkan oli ke komponen luar mesin seperti turbocharger atau oil cooler.
6.      Oil Jet
Oil jet berfungsi menyemprotkan oli dari dalam saluran oli. Jika dilihat, maka oil jet ini mirip injektor dimana ujung oil jet memiliki lubang cukup kecil yang akan memancarkan oli saat tekanan oli meningkat. Biasanya oil jet ditemui pada bagian bawah silinder mesin, fungsinya untuk menyemburkan oli kebagian piston dan commecting rod. Selain itu dibagian timming chain juga biasanya ada sebuah oil jet yang digunakan untuk melumasi rantai timming.

Gambar 1.11 Oil Jet

7.      PCV Valve
PCV atau Positive crankcase ventilation fungsinya untuk menyalurkan uap oli dari dalam mesin ke dalam saluran intake tanpa terjadinya kebocoran oli. Artinya terdapat sebuah PCV valve yang akan terbuka saat tekanan udara didalam crank case atau ruang engkol meningkat. Tekanan ini diperoleh karena ada sebagian oli yang menguap karena kepanasan dan faktor tekanan kompresi yang sedikit bocor melalui celah ring piston. Tekanan udara tersebut kemudian dilewatkan ke komponen oil separator untuk memisahkan oli mesin yang terbawa pada PCV valve. Barulah udara tersebut disalurkan kedalam saluran intake untuk kemudian masuk ke ruang bakar untuk melalui proses pembakaran mesin. Sehingga polusi tetap stabil.

Gambar 1.12 PCV Valve

8.      Oli atau Lubricant
Komponen terakhir yang cukup penting adalah oil atau lubricant sebagai media pelumas. Oli mesin haruslah memiliki daya lekat serta memiliki sifat yang licin. Selain itu oli mesin juga harus memiliki ukuran partikel kecil dan tidak mudah menguap. Karena oli harus bisa masuk ke celah-celah kecil untuk melapisi komponen mesin. Untuk itu, saat ini banyak ditemui oli sintetis dengan berbagai campuran zat adiitive yang tentunya bisa meningkatkan performa mesin. Namun, perlu diingat juga oli memiliki batas pemakaian. Sehingga sebagus apapun oli yang dipakai pada mesin kendaraan kita, juga perlu diganti sesuai intervalnya.

1.10     Additive Pelumas
1.      Meningkatkan Index Kekentalan
Digunakan untuk meningkatkan kualitas dasar dari pelumas, dan mempertahankan pelumas dari kondisi menjadi jauh lebih encer pada peningkatan panas.
2.      Menekan Titik Alir (Pour Point)
Mencegah pengkristalan pada kondisi dingin yang ekstrim, dan menurunkan titik / batas alir pelumas.
3.      Pencegah Oksidasi
Membantu mencegah pelumas dari oksidasi (dengan kata lain, terbakar). Ketika pelumas terbakar, pelumas akan kehilangan kemampuan untuk melindungi mesin. Hal itu juga akan menghasilkan endapan lumpur dan menjebak cairan korosif.
4.      Rust-corrosion Inhibitors
Membantu mencegah dan menetralisir air dan oksigen menjadi cairan yang meng-etsa logam dalm mesin dan menimbulkan partikel yang menggerus. Bila korosi ini terjadi, maka akan timbul sejumlah cairan beracun (yang kompleks) dan problem endapan lainnya.
5.      Dispersants
Membantu minyak untuk menyerap dan menahan pencemar seperti kotoran dan partikel kecil logam (dari keausan mesin) sampai minyak lewat filter minyak, dimana pencemar tadi disaring.
6.      Detergents
Membantu untuk mengeluarkan pencemar dari komponen mesin dan mengikatnya di minyak sampai melewati filter, atau sampai minyak diganti pada waktunya. Jadi minyak tidak hanya membersihkan kotoran mesin.

1.11     Cara Kerja Pelumasan Pada Mesin
            Saat kondisi normal, oli terkumpul pada bak oli atau karter yang terletak pada bagian paling bawah mesin. Sementara itu, pompa oli memiliki input yang digerakan dari engkol mesin. Umumnya pompa ini menggunakan rotary pump. Agar lebih jelas simak gambar sistem pelumas berikut.

Gambar 1.13 Cara Kerja Pelumasan

1.      Ketika mesin start, poros engkol akan memutar pompa oli akibatnya terjadi sedotan pada bagian inlet hose oil pump.
2.      Oli masuk kedalam pompa melalui inlet valve dan pada sisi lainnya oli ditekan oleh pompa.
3.      Oli bertekanan tersebut mengalir melalui jalur oli masuk kedalam filter oli.
4.      Didalam filter, oli disaring dari berbagai kotoran dan kerak.
5.      Setelah disaring, oli kemudian disalurkan melalui oil feed menuju bagian atas mesin dan ke oil jet,
6.      Sampai diatas mesin, oli secara otomatis akan melumasi poros cam dan rocker arm selanjutnya oli kembali ke carter melalui saluran oli disamping blok silinder.
7.      Sementara itu, oli akan keluar dalam bentuk semprotan dari oil jet dibagian bawah silinder untuk melumasi bagian piston dan connecting rod
8.      Dibagian poros engkol terdapat komponen weight balance, yang berbentuk seperti sekop. Sehingga ketika poros engkol berputar oli dari karter akan diobrak-abrik oleh weight balance agar tersebar ke seluruh bagian mesin.

1.12     Mekanisme PCV Valve
            Pada kendaraan modern, anda pasti akan menemui komponen ini. PCV valve atau singkatan dari Positive Crankcase Ventilation merupakan saluran ventilasi udara dari ruang engkol mesin untuk mengeluarkan udara terkontaminasi dan menstabilkan tekanan didalam mesin. Dikarenakan pergerakan oli yang cukup cepat serta ditambah pengaruh dari tekanan kompresi yang sedikit keluar melalui celah ring akan menyebabkan tekanan udara diruang engkol mengalami peningkatan. Hal ini bisa menyebabkan kinerja mesin terganggu. PCV valve bekerja dengan menyalurkan udara didalam ruang engkol ini ke udara intake mesin. Sehingga udara dari ruang engkol bisa ikut terbakar.


Gambar 1.14 Mekanisme PCV Valve

            Mekanismenya, saat mesin hidup udara terserap oleh saluran PCV yang tersambung dengan saluran udara intake. Di sisi lain juga terdapat saluran dari ruang kepala silinder menuju saluran intake. Sehingga terjadilah sirkulasi dari saluran intake, masuk ke ruang kepala silinder kemudian disalurkan ke ruang engkol. Diruang engkol udara tersebut keluar melalui katup PCV melewati oil separator dan keluar dari saluran PCV kembali ke saluran intake. Jika kita melepas salah satu selang PCV maka suara mesin akan terkesan ngobos karena tekanan udara didalam mesin tidak stabil.

1.13     Kekentalan Pelumas
1.      Merupakan ukuran mampu-alir dari pelumas
2.      Kekentalan tinggi, yaitu pelumas berat
Kekentalan terlalu tinggi, tidak bisa mencapai seluruh bagian
3.      Kekentalan rendah, yaitu pelumas ringan
Kekentalan terlalu rendah, tidak bisa memberikan kekuatan yang cukup untuk mendukung beban sehingga kurang mampu mencegah keausan bagian (komponen).




DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politik dan Strategi Nasional

Metode Penelitian Uji Impact

TEKNIK BONGKAR PASANG